Rabu, 22 Mei 2019

[MOVIE REVIEW] Aladdin (2019)


Jika alasan anda menonton live action Aladdin adalah untuk menyaksikan tur singkat karpet ajaib diiringi lagu hit A Whole New World, anda tidak sendirian. 

Trailer telah menunjukkan beberapa bagian terbaik dari film adaptasi Aladdin yang disutradarai oleh Guy Ritchie. Film berdurasi 2 jam ini dibuka oleh aksi kucing-kucingan antara pencuri ulung nan cerdik bernama Aladdin, yang dibantu oleh seekor capuchin bernama Abu, dengan sekumpulan prajurit keamanan berwajah keras khas Timur Tengah. 

Hingga di menit ke-15, muncul Jasmine yang mengaku sebagai pelayan istana bernama Dalia, meskipun terlalu mencolok dengan pakaian kelas atas dan perhiasannya. Ia terlibat dalam 'permainan sehari-hari' Aladdin dalam bertahan hidup dan mencari makan-mencuri barang berharga dan melarikan diri sampai kehabisan tenaga. Penokohan Aladdin dan Jasmine sangat kuat sejak awal dan itu menjadi awalan yang bagus untuk meniti alur selanjutnya.

Hasil gambar untuk aladdin
"Mau dong diajak keliling kota sama kamu, Din," batin Jasmine si anak rumahan kurang pergaulan.
Selama diperkenalkan dengan karakter Aladdin dan Jasmine, anda akan terbawa suasana pasar di Timur Tengah (meskipun tidak semua pemain dan figuran berdarah Arab) dengan scoring Arabian Night yang mendayu-dayu dan ketukan ritmis ketipung yang membuat tubuh anda bergerak mengikuti irama. Visual penuh motif dan corak beraneka warna dari detail kain, ukiran dinding, long shot bangunan dan istana, serta bermacam pakaian kurung memanjakan mata anda. Meskipun tentu saja, visual garapan Disney sengaja dibuat untuk memenuhi imajinasi tertinggi anda akan dunia antah berantah di luar sana. 

Suasana menjadi lebih hidup ketika The Blue Genie yang diperankan oleh Will Smith muncul sebagai teman seperjalanan Aladdin dalam usaha mendekati Jasmine yang 'dikurung' di istana. Bersama Abu dan Magic Carpet, tokoh Genie menjadi formula penting dalam penokohan sebuah geng pertemanan: Si Jagoan yang emosional dan ceroboh, Si Serba Bisa yang membantu jalan cerita, dan Si Kocak yang mampu mempengaruhi sisi emosional tokoh lainnya, bahkan penonton. Genie adalah tokoh Si Kocak itu. Genie yang pada awalnya berperan sebagai 'pelayan ramah', pada akhirnya memiliki cerita tersendiri dan sudah bisa ditebak saat adegan kapal layar di awal film.

Gambar terkait
The Blue Genie, jin pesugihan yang ramah dan baik hati.
Sebagian besar penonton di studio adalah perempuan, yang nampaknya tergiur dengan dongeng putri dan pangeran yang jelas-jelas berakhir bahagia.
Anda tidak perlu mengernyitkan dahi untuk memahami alur cerita Aladdin, anda hanya perlu bersabar menikmati setiap konflik yang disajikan film ini. Mulai dari pencarian jati diri, proses pdkt lengkap dengan sensasi 'kupu-kupu di perut', berdamai dengan masa lalu, mengatasi pengkhianat yang tirani, hingga kisah cinta berliku Si Miskin dan Si Kaya yang selalu menjadi jualan laris drama romansa, termasuk semua film bertema kerajaan besutan Disney. Selain itu, setiap tokoh berada dalam zona hitam dan putih, dimana setiap tokoh dibangun 100% protagonis dan antagonis, sehingga tidak sulit menginginkan Jafar cepat mati atau Jasmine jadian dengan Aladdin. Ungkapan "Yang baik selalu menang" berlaku di sini.

Hasil gambar untuk aladdin
"I am not the second!"
Memasuki paruh kedua film, penonton dihadapkan pada konflik hubungan ayah-anak antara Sang Sultan dan Jasmine dan pertemanan Aladdin dengan Genie. Keduanya diceritakan terpisah namun saling berhubungan. Alur berjalan pelan namun pasti. Keindahan visual, properti, scoring, dan adegan ikonik karpet terbang membantu penonton tetap fokus pada jalan cerita. Hampir tidak ada waktu untuk mencermati dialog yang rancu, ekspresi yang kaku, atau logika yang gagal. Film Aladdin memang dihadirkan sebagai nostalgia bagi para penggemar animasi Aladdin (1992) maupun penonton awam yang memutuskan duduk di bioskop karena tergiang-ngiang lagu "A Whole New World" sejak pemasaran perdana film ini.

Satu hal yang patut diacungi jempol adalah casting pemeran film adaptasi Aladdin. Mena Massoud merupakan representasi terbaik dari Aladdin, raut wajah Timur Tengah, alis tebal, dan senyumnya yang tanggung memenuhi ekspektasi penggemar Aladdin akan sosoknya di dunia nyata. Pun dengan aksi parkour-nya saat berkejaran dengan penjaga keamanan di Kota Agrabah. Naomi Scott, she nailed it! Scott mampu membawakan karakter Jasmine yang bermimpi besar, mandiri, dan penyayang dengan baik. Ia juga mampu menyampaikan emosi Jasmine saat ayahnya dikudeta, atau sikap mau tapi malu Jasmine saat tarik ulur dengan Aladdin. Ditambah dengan vokalnya saat membawakan lagu "A Whole New World" film version, bak cherry on top, sedap sekali.

Nostalgic and entertaining. A must watch for this May!


ALADDIN (2019)
Berdasarkan karya Aladdin and the Magic Lamp dari 1001 Nights oleh Ron Clements, Jon Musker, Ted Elliott, Terry Rossio.

Film ini ditonton pada tanggal 22 Mei 2019.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar